HAMPIR semua perempuan
tidak menghendaki dipoligami. Ya nggak? Meskipun akhirnya mereka dengan
terpaksa atau suka rela/ikhlas juga ketika di hadapkan pada posisi,
menerima dipoligami. Nah, sebelum itu terjadi pada keluarga kita. Saya
ingin share beberapa hal terkait ini.
Ide tulisan ini muncul sebenarnya saat Hari Raya Idul Fitri lalu. Saat saya mudik ke kampung halaman. Ceritanya begini..
Pada
saat itu keluarga besar saya kedatangan kamu, saudara jauh yang
berlebaran. Namanya juga saudara jauh, jadi tidak setiap tahun
mengunjungi rumah kami. Bahkan, saya bertemu terakhir kali sekitar 20
tahun yang lalu. Wowww..
Dalam tempo 20 tahun itu ternyata sudah
banyak perubahan pada diri si tamu. Kini dia sudah bergelar doktor. Dan
perkembangan lainnya adalah kini dia sudah memiliki 3 istri dan 6 anak.
Woww lagi yaa..
Saya mengenal istrinya yang pertama. Orangnya
cantik, pinter memasak dan mengasuh anak. Tidak suka ngegosip, tidak
sombong. Pokoknya sangat baik untuk istri. Dan tidak selingkuh.
Lho, kok memiliki istri yang cantik, dan baik masih tega-teganya suami selingkuh?
Uppps...jangan
salahkan dulu si suami ya...sebab, kaca mata kita (kaum perempuan)
belum tentu sama lho dengan kaca mata laki-laki. Yuk coba kita
tanggalkan kaca mata perempuan kita, dan kita kenakan kaca mata
laki-laki bersama-sama. Siap?
Dari kaca mata laki-laki nih..dari
beberapa laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu yang pernah saya
tanya, ternyata istri yang baik dan ideal untuk di rumah saja tidak
cukup. Mereka yang beristri lebih dari satu nih, ternyata memiliki
beberapa harapan lain dari sosok istri.
Apa saja tuh?
- Saya butuh istri yang dapat diandalkan untuk menjaga anak-anak di rumah.
Istri
yang seperti ini, orangnya pandai memasak dan bisa mengatur rumah
tangga, sabar mengasuh anak, bisa menjaga harta benda suami saat suami
kerja. Jadi, kalau suami pergi bekerja, tidak khawatir lagi tentang
anak-anak dan masalah domestik lainnya.
- Saya butuh istri yang bisa menjadi partner kerja yang saling memotivasi.
Ehhh...istri
rumahan yang baik saja ternyata tidak cukup. Laki-laki juga butuh
mendapatkan partner yang bisa diajak sharing tentang kondisi
pekerjaannya. Partner yang nyambung saat dia ajak bicara. Partner yang
pantas “disuguhno” saat ada tamu relasi kerja. Sehingga di sini, istri
juga dituntut untuk bisa mengerti hambatan dan kendala kerja yang
dihadapi suami, syukur kalau bisa membantu memberikan solusi. Kalau pun
tidak, menjadi pendengar yang baik sudah menyenangkan.
- Saya butuh istri yang juga bisa saya ajak menjalani hobi-hobi dan kesenangan saya.
Ini
tampaknya, yang kadang kurang terpikirkan oleh perempuan ya. Bagi kita
(perempuan) yang penting urusan rumah beres, suami makan selalu tersedia
hidangan di meja makan, anak-anak baik-baik saja, rumah bersih. Tugas
istri sudah selesai. Ternyata tidak demikian, kalau di lihat dari kaca
mata laki-laki.
Bekerja seharian, tampaknya sangat menjadi beban
bagi para laki-laki. Sehingga, mereka butuh relaksasi untuk menyalurkan
hobinya. Serta menyalurkan kebutuhan seksualitas.
Sayangnya, tidak
semua istri peka terhadap hal ini. Dan mengabaikan suami dalam mencari
kesenangan. termasuk dalam melayani kebutuhan seksualitas, sekedar
kewajiban, bukan menjadi partner yang seimbang mencari kepuasan.
“Nggak
mungkin dong saya mengajak istri saya yang pertama (tipe a) untuk ke
diskotik atau naik gunung. Sehingga saya butuh satu istri lagi untuk
menyalurkan hobi saya. lha daripada dengan teman perempuan lain, nanti
malah fitnah,” kata teman saya yang memiliki lebih dari satu istri.
Selain tiga hal ini, mungkin masih ada beberapa alasan lain yang saya kurang peka untuk menyampaikannya di sini ya.
Eit...sebentar...mungkin
anda akan berkata begini: nyatanya banyak juga laki-laki yang tidak
berpoligami meskipun istrinya tidak memenuhi 3 kualifikasi di atas. Nah,
kalau suami anda termasuk yang demikian, bersyukurlah, karena berarti
ia bisa nerimo ing pandum (menerima apa adanya). Namun, perlu diingat,
tidak semua laki-laki begini lho yaa.
So, sebelum kita “nylatu”
para laki-laki yang hendak poligami. Lebih baik kita mengaca diri kita
sendiri. Apakah pada diri kita sudah memiliki 3 hal yang diinginkan para
laki-laki di atas? Kalau belum, wajar dong mereka mencari sosok lain
untuk memenuhi kebutuhannya.
Sudahkah menjadi istri yang ideal
belum kita selama ini? Sudah beres belum urusan domestik kita? Sudahkah
kita menjadi partner yang menenangkan suami dalam menyalurkan hobi?
Sudahkah kita menjadi teman yang menggairahkan di tempat tidur? Sudah
kah kita menjadi teman yang memotivasi kinerja suami dan menjadi
pendengar yang baik terhadap curhat persoalan kerjanya selama ini?
Sebab,
bagaimana pun juga lebih mudah mengubah diri kita sendiri, daripada
mengubah orang lain --meskipun itu suami kita-- untuk menjadi pribadi
yang kita inginkan.
Ya ngga? Apa pendapatmu?
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.