Menu
 

Oleh: Khoirul Inayah, S.Psi
HAMPIR semua perempuan tidak menghendaki dipoligami. Ya nggak? Meskipun akhirnya mereka dengan terpaksa atau suka rela/ikhlas juga ketika di hadapkan pada posisi, menerima dipoligami. Nah, sebelum itu terjadi pada keluarga kita. Saya ingin share beberapa hal terkait ini.
Ide tulisan ini muncul sebenarnya saat Hari Raya Idul Fitri lalu. Saat saya mudik ke kampung halaman. Ceritanya begini..
Pada saat itu keluarga besar saya kedatangan kamu, saudara jauh yang berlebaran. Namanya juga saudara jauh, jadi tidak setiap tahun mengunjungi rumah kami. Bahkan, saya bertemu terakhir kali sekitar 20 tahun yang lalu. Wowww..
Dalam tempo 20 tahun itu ternyata sudah banyak perubahan pada diri si tamu. Kini dia sudah bergelar doktor. Dan perkembangan lainnya adalah kini dia sudah memiliki 3 istri dan 6 anak. Woww lagi yaa..
Saya mengenal istrinya yang pertama. Orangnya cantik, pinter memasak dan mengasuh anak. Tidak suka ngegosip, tidak sombong. Pokoknya sangat baik untuk istri. Dan tidak selingkuh.
Lho, kok memiliki istri yang cantik, dan baik masih tega-teganya suami selingkuh?
Uppps...jangan salahkan dulu si suami ya...sebab, kaca mata kita (kaum perempuan) belum tentu sama lho dengan kaca mata laki-laki. Yuk coba kita tanggalkan kaca mata perempuan kita, dan kita kenakan kaca mata laki-laki bersama-sama. Siap?
Dari kaca mata laki-laki nih..dari beberapa laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu yang pernah saya tanya, ternyata istri yang baik dan ideal untuk di rumah saja tidak cukup. Mereka yang beristri lebih dari satu nih, ternyata memiliki beberapa harapan lain dari sosok istri.
Apa saja tuh?
  1. Saya butuh istri yang dapat diandalkan untuk menjaga anak-anak di rumah.
Istri yang seperti ini, orangnya pandai memasak dan bisa mengatur rumah tangga, sabar mengasuh anak, bisa menjaga harta benda suami saat suami kerja. Jadi, kalau suami pergi bekerja, tidak khawatir lagi tentang anak-anak dan masalah domestik lainnya.
  1. Saya butuh istri yang bisa menjadi partner kerja yang saling memotivasi.
Ehhh...istri rumahan yang baik saja ternyata tidak cukup. Laki-laki juga butuh mendapatkan partner yang bisa diajak sharing tentang kondisi pekerjaannya. Partner yang nyambung saat dia ajak bicara. Partner yang pantas “disuguhno” saat ada tamu relasi kerja. Sehingga di sini, istri juga dituntut untuk bisa mengerti hambatan dan kendala kerja yang dihadapi suami, syukur kalau bisa membantu memberikan solusi. Kalau pun tidak, menjadi pendengar yang baik sudah menyenangkan.
  1. Saya butuh istri yang juga bisa saya ajak menjalani hobi-hobi dan kesenangan saya.
Ini tampaknya, yang kadang kurang terpikirkan oleh perempuan ya. Bagi kita (perempuan) yang penting urusan rumah beres, suami makan selalu tersedia hidangan di meja makan, anak-anak baik-baik saja, rumah bersih. Tugas istri sudah selesai. Ternyata tidak demikian, kalau di lihat dari kaca mata laki-laki.
Bekerja seharian, tampaknya sangat menjadi beban bagi para laki-laki. Sehingga, mereka butuh relaksasi untuk menyalurkan hobinya. Serta menyalurkan kebutuhan seksualitas.
Sayangnya, tidak semua istri peka terhadap hal ini. Dan mengabaikan suami dalam mencari kesenangan. termasuk dalam melayani kebutuhan seksualitas, sekedar kewajiban, bukan menjadi partner yang seimbang mencari kepuasan.
“Nggak mungkin dong saya mengajak istri saya yang pertama (tipe a) untuk ke diskotik atau naik gunung. Sehingga saya butuh satu istri lagi untuk menyalurkan hobi saya. lha daripada dengan teman perempuan lain, nanti malah fitnah,” kata teman saya yang memiliki lebih dari satu istri.
Selain tiga hal ini, mungkin masih ada beberapa alasan lain yang saya kurang peka untuk menyampaikannya di sini ya.
Eit...sebentar...mungkin anda akan berkata begini: nyatanya banyak juga laki-laki yang tidak berpoligami meskipun istrinya tidak memenuhi 3 kualifikasi di atas. Nah, kalau suami anda termasuk yang demikian, bersyukurlah, karena berarti ia bisa nerimo ing pandum (menerima apa adanya). Namun, perlu diingat, tidak semua laki-laki begini lho yaa.
So, sebelum kita “nylatu” para laki-laki yang hendak poligami. Lebih baik kita mengaca diri kita sendiri. Apakah pada diri kita sudah memiliki 3 hal yang diinginkan para laki-laki di atas? Kalau belum, wajar dong mereka mencari sosok lain untuk memenuhi kebutuhannya.
Sudahkah menjadi istri yang ideal belum kita selama ini? Sudah beres belum urusan domestik kita? Sudahkah kita menjadi partner yang menenangkan suami dalam menyalurkan hobi? Sudahkah kita menjadi teman yang menggairahkan di tempat tidur? Sudah kah kita menjadi teman yang memotivasi kinerja suami dan menjadi pendengar yang baik terhadap curhat persoalan kerjanya selama ini?
Sebab, bagaimana pun juga lebih mudah mengubah diri kita sendiri, daripada mengubah orang lain --meskipun itu suami kita-- untuk menjadi pribadi yang kita inginkan.
Ya ngga? Apa pendapatmu?

Posting Komentar

 
Top